Anwalin News – Kamis, Oktober 2020 Segenap Keluarga Besar
Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama Kecamatan Watulimo memperingati Hari
Santri Nasional, hari yang memiliki makna sejarah penting. Sebuah pengakuan
terhadap perjuangan kaum santri yang panjang, yang bahkan telah dimulai
berabad-abad sebelum kata Indonesia populer di kalangan kaum pergerakan tahun
1920-an. Memperingati hari Santri berarti mencoba meneladani uswatun hasanah
para ulama-pejuang kemerdekaan, para santri yang berjibaku meregang nyawa demi
mempertahankan kemerdekaan bangsa.
Peringatan
ini dilaksanakan agar kita mampu menerjemahkan, menerapkan, dan mengaplikasikan
ruhul-jihad tersebut dalam menjawab tantangan saat ini dan masa depan. Karena
itulah, melalui peringatan ini, dengan spirit Resolusi Jihad, para santri, memiliki
tanggung jawab moral untuk menjawab tantangan zaman.
Oleh
karena itu, bertempat di lapangan Desa Dukuh Kecamatan Watulimo; Pengurus MWC
NU Watulimo menggelar Peringatan Hari Santri Nasional dalam bentuk Apel
Kebangsaan. Kegiatan disetting dan dikomando oleh PAC GP. Ansor Watulimo yang
merupakan Badan Otonom Nahdlatul Ulama di MWC NU Watulimo.
Pada
kegiatan Apel Kebangsaan tersebut hadir sebagai Inspektur Apel, yaitu Kapolsek
Watulimo (bapak AKP Suraji) yang didampingi oleh BKTM Desa Dukuh, sebagai ajudan
apel yaitu bapak Ibnu Mubarok.
Adapun
Petugas-petugas Apel, selengkapnya antara lain sebagai berikut :
- Inspektur Apel : Bapak AKP Suraji (Kapolsek Watulimo)
- Ajudan : Bapak Ibnu Mubarok (BKTM Desa Dukuh)
- Komandan Apel : Sahabat Murdiyanto (Ketua PAC GP. Ansor Watulimo)
- Perwira Apel : Sahabat Ibnu Tri Mashudi (Sekretaris PR. GP. Ansor Dukuh)
- Protokol/MC : Rekanita Mega Pajarwati (Ketua PAC IPPNU Watulimo)
- Dirigen lagu : Rekanita Rini Widodewi (Pengurus PAC IPPNU Watulimo)
- Qori’ : Sahabat Dimyati Rofi’I (Wakil Ketua PAC GP. Ansor Watulimo)
- Pembaca UUD 1945 : Sahabat Supandi (Pengurus PAC GP. Ansor Watulimo)
- Pembaca Ikrar Santri : Rekanita Puji Sulistyowati (Sekretaris PAC IPPNU Watulimo)
- Pembaca Resolusi Jihad : Sahabat Kajen Asnawi (Ansor Dukuh)
- Pemimpin Pleton 1 : Sahabat Danang (Ansor Dukuh)
- Pemimpin Pleton 2 : Sahabat Sayudi (Ketua PR GP. Ansor Dukuh)
- Pemimpin Pleton 3 : Sahabat Imron Rosyidi (Ketua PAC IPNU Watulimo)
- Pemimpin Pleton 4 : Rekanita Triana (PAC IPPNU Watulimo)
- Pembaca Doa : Bapak H. Sailan (Ketua NU Ranting Dukuh)
Adapun
yang hadir sebagai peserta pada Apel Kebangsaan Hari Santri Nasional antara
lain : Pengurus MWC NU Watulimo, pengurus NU Ranting Dukuh, Pengurus PAC GP.
Ansor Watulimo, Muslimat NU, Fatayat NU, IPNU, IPPNU dan juga segenap jajaran
anggota Banser Satkoryon Watulimo.
Peringatan
Hari Santri Nasional Tahun 2020 ini diperingati dengan peserta terbatas
dikarenakan pada tahun ini bangsa Indonesia sedang diuji dengan adanya wabah
virus corona (covid-19) yang sangat membahayakan bagi sendi-sendi kehidupan. Pandemi Covid-19 bukan hanya berdampak pada kesehatan, namun
juga ekonomi, pendidikan, keagamaan, dan kebudayaan.
Dari sisi
kesehatan, Covid-19 menjadi penyebab kematian lebih dari 350 ribu nyawa,
ratusan tenaga medis, agamawan, dan akademisi. Dari sisi ekonomi, COVID-19
menyebabkan guncangan yang mendisrupsi ekonomi kita. Dari sisi pendidikan,
Covid-19 ini telah mengubah lanskap dunia pendidikan, termasuk pesantren. Dari
sisi keagamaan, Covid-19 telah juga mempengaruhi berbagai kaifiyyahubudiyyah
mulai dari sholat, umroh, haji, hingga perawatan jenazah. Dari sisi kebudayaan,
Covid-19 telah mengguncang praktik kebudayaan yang berbasis komunalisme
masyarakat.
Penanganan
Covid-19 ini jelas membutuhkan keterlibatan multi-pihak. Pemerintah, masyarakat
ekonomi, masyarakat sipil seperti NU, Muhammadiyyah, dan lainnya dituntut untuk
bekerja sama. Pemerintah sebagai pemegang kekuasaan dituntut untuk mengambil
arah kebijakan yang komprehensif dan konsisten.
Kebijakan yang tidak konsisten,
tidak komprehensif, tidak berbasis riset hanya akan menambah masalah ketimbang
menyelesaikan masalah. Santri yang memiliki modal keagamaan, sosial, dan budaya
dituntut kontribusinya dalam penanganan Covid-19 ini, melalui paling tidak
menjaga komunitas santri dan pesantren agar tidak menjadi cluster.
Anjuran untuk bertaubat, membaca sholawat, menghentikan permusuhan
dan pertikaian, berdoa, merupakan khazanah pesantren yang masih relevan untuk
menjawab pandemik. Selain itu, juga dikombinasikan dengan ikhtiar lahir seperti
menjaga jarak, social distancing, memakai masker, meningkatkan imunitas,
menjaga kebersihan dan lainnya.
Kita tengah menghadapi berbagai
tantangan baru, transformasi sosial dan kenormalan baru yang berbeda sama
sekali dengan masa sebelumnya. Jika dahulu Resolusi Jihad menghadapi setting imperialisme,
maka saat ini Resolusi Jihad dihadapkan oleh konteks tantangan Pandemi dan
dampak kebijakan publik.
Nilai-nilai Resolusi Jihad, seperti nasionalisme,
patriotisme, semangat rela berkorban, dihadapkan problem wabah yang mengancam
keselamatan publik, disrupsi ekonomi yang memperparah kemiskinan dan
kesenjangan, terbatasinya proses pendidikan, hingga praktik kebudayaan yang
terbatasi karena social distancing, dan lainnya.
Dalam konteks itulah Hari Santri harus dimaknai.
Tantangan zaman ini harus dijawab dengan mempertahankan khazanah pesantren, revitalisasi
spirit Resolusi Jihad, sekaligus melakukan transformasi teknologi. Tanpa
transformasi teknologi, tanpa mematuhi protocol Kesehatan, dan tanpa upaya
memetik hikmah atas peristiwa yangada, kita akan kehilangan momentum sejarah,
serta melemparkan kita jauh ke belakang peradaban.
Di era new normal kelak, transformasi radikal di semua
sector kehidupan merupakan keniscayaan. Hal ini membutuhkan kontekstualisasi
dan inovasi Resolusi Jihad agar hari santri ini bermakna dalam sejarah. (MY)
SELAMAT HARI SANTRI NASIONAL
TAHUN 2020
SANTRI SEHAT INDONESIA KUAT
0 Komentar:
Posting Komentar
Mohon Saran dan Kritik Yang Sifatnya Konstruktif!